Langsung ke konten utama

Sepenggal Kisah di Balik Nama Blog Ini



Bismillah

Baik,
"Kenapa pakai nama ini?"
Mungkin banyak pertanyaan semisal di atas yang pertama kali muncul di benak rekan-rekan saat membaca nama blog ini, terutama yang tidak mengenaliku di dunia nyata. Bukan, saat ini aku belum jadi seorang istri kok, apalagi seorang ibu. Alasan sebenarnya adalah nama ini murni kupilih oleh sebab kekagumanku akan Ummu Sulaym, ya, betul, Ibunda Anas bin Malik. Sosok yang atas izin Allah lahir dari rahimnya salah seorang sahabat Rasulullah shalallahu 'alayhi wa sallam.

Kisah beliau nampaknya memang tidak semasyhur kisah-kisah sahabiyah yang dikenal oleh kaum muslimin secara umum. Merasa sedikit asing dengan namanya, persis sama denganku saat pertama kali mendengar kisah ini. Di saat yang bersamaan, sejak saat itu juga rasa kagum dan penasaranku terus bertambah. Aku lupa waktu tepatnya kapan, yang kuingat hanya kajian singkat saat aku masih mengenakan seragam putih abu-abu di Youtube pada salah satu majelis guru kami, Ustadz Khalid Basalamah hafizhahullah.

Belakangan setelah kuliah dan menghadiri majelis-majelis di sekitaran kampus, dari sana baru kuketahui bahwa nama lain beliau adalah Rumaysho atau Ghumaisa dan beberapa nama lain. Istri dari Malik bin Nadhr yang kemudian di pernikahan keduanya ia bersuamikan Abu Tholhah, sahabat Rasulullah shalallahu 'alayhi wa sallam. Setelah ini akan kubagikan beberapa artikel berisi cerita tentangnya yang amat menginspirasi dan semoga dapat membangkitkan semangat kita sebagai ciptaan Allah, para muslimah di masa ini. Banyak hal baik yang dapat diteladani dari sosok wanita ini. Kembali lagi atas dasar kekagumanku terhadap beliau maka besar harapan, aku pula dapat meneladaninya sedari sekarang -juga kelak di kemudian hari apabila Allah mengizinkanku untuk menjadi seorang istri dan ibu.

Ini, beberapa di antara sajian yang dapat kusarankan untuk dibaca terkait kisah lebih lengkap dari Ummu Sulaym. Insyaallah dari sumber yang kredibel, silakan:

1. Kisah Menakjubkan Ummu Sulaim Saat Ditinggal Mati Anaknya
2. Perjalanan Isra’ Mi’raj: Ummu Sulaim Berada di Surga
3. Khutbah Jumat: Belajar dari Rumaysho Ummu Sulaim Keimanan, Sabar, dan Akhlak Mulia
4. Meneladani Ibunda Anas bin Malik
5. Ummu Sulaim binti Milhan, Ibunda Anas bin Malik

Demikian. 
Semoga melalui postingan ini dapat Allah beri manfaat dan yang paling penting untuk aku pribadi, semoga Allah mudahkan untuk dapat mencontoh beliau radhiallahu'anha. 

Catatan:
*silakan klik warna tulisan yang berbeda untuk mengunjungi situs yang dimaksud

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Mudah Membuat Kompos

Waaah,  it's been a while! Oke baik, aku kembali dengan tulisanku yang ala-ala ini.  Sekarang aku akan membagikan pengalamanku mengompos yang Allah mudahkan, berhasil dan cukup memuaskan walhamdulillah.  Sebelumnya mau disclaimer dulu, yaa.  Perlu diketahui bahwa kompos itu sendiri banyak macamnya, belum lagi teknik-tekniknya, butuh bantuan zat lain atau tidak, dan sebagainya. Nah, yang insyaallah akan kubagikan ini adalah model mengompos yang paling general dan tergolong mudah.  Dalam membuat kompos ini teman-teman hanya membutuhkan tiga komponen utama, yaitu wadah, limbah organik (komposter), dan tanah. Wadahnya bebas bisa apapun selama itu bisa menahan air dan bisa buka-tutup. Limbah organik di sini semuanya yang alamiahnya dari 'sana' belum diproses sama sekali seperti; daun-daun kering; kulit buah; sisa sayur; dan yang sejenis dengan ketiga kategori ini.  Setelah kompos jadi, dikemanakan? Pertanyaan ini harus punya jawaban terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membu

Mungkin Sulit Untukmu Ikhlas, Tapi Ridho Tetap Harus Dicapai (Bag 1)

Di hari terakhir tahun ini, mungkin tak sedikit dari kita yang mencoba mengingat kembali apa-apa saja yang telah kita lalui kemudian darinya lahir beragam rupa emosi.  Keadaan senang, bahagia, lapang, mudah, enak, sudah biasa. Semua orang menginginkannya, hanya sayang tak setiap insan dari yang merasakan nikmat ini lantas mengucap syukur. Beda halnya dengan sedih, tak terima, amarah, dendam, tak ikhlas. Ini kebalikan. Sudah dapat dipastikan yang mendapat ujian ini alih-alih mengucap syukur, justru keluh kesah yang ia ekspresikan.  Terkadang rasa ketidaknyamanan yang hadir menyapa hidup ini menyisakan sesak di dada. Entah itu disebabkan gangguan orang atau yang selainnya. Sibuk kesana kemari obat luka dicari, padahal kuncilah adalah menata hati dan iman terhadap semua ketetapan Allah diperbaiki. "Loh kok ujung-ujungnya lari ke iman lagi, sih?!". Iya benar, coba direnungkan sejenak yuk. Bukankah semua yang terjadi di alam semesta ini tak pernah lepas dari apa-apa yang sudah All

Ternyata, Begini Rasanya.......

Bismillah Untuk semua saudari seimanku, izinkanku untuk berbagi pikiran ini, hanya sedikit.  Perihal menampakkan diri yang tanpa disadari. Jujur saja, tak jarang diri ini sedih dan justru malah ikut malu jika menemukan akun akhwat yang katanya sudah ngaji namun tanpa ada keperluan, komentarnya masih bertebaran di banyak akun dakwah dengan pengikut yang cukup tinggi. "Tapi kan komentarnya baik, salahnya dimana?". Betul komentarnya baik, namun bukankah lebih baik jika kau tidak menampakkan dirimu di sana, apa yang kau dapatkan dari komentarmu itu? Tidakkah kau ingat bahwa di media sosial semua orang bisa melihatmu? Meskipun hanya nama, sungguh rasa malu kita merupakan hal yang sangat tinggi kedudukannya akhawat. Baiknya jika ingin memuji, mendo'akan, rasanya cukup dari lirihnya lisan kita saja, tak perlu semua orang jadi tau apa nama akun medsosmu.  Memang medsos kita tidak dapat dijadikan patokan untuk menilai orang, namun sedikit banyak dapat menjadi bagaimana cerminan i