Langsung ke konten utama

Langkah Mudah Membuat Kompos


Waaah, it's been a while!

Oke baik, aku kembali dengan tulisanku yang ala-ala ini. 
Sekarang aku akan membagikan pengalamanku mengompos yang Allah mudahkan, berhasil dan cukup memuaskan walhamdulillah. 

Sebelumnya mau disclaimer dulu, yaa.  Perlu diketahui bahwa kompos itu sendiri banyak macamnya, belum lagi teknik-tekniknya, butuh bantuan zat lain atau tidak, dan sebagainya. Nah, yang insyaallah akan kubagikan ini adalah model mengompos yang paling general dan tergolong mudah. 

Dalam membuat kompos ini teman-teman hanya membutuhkan tiga komponen utama, yaitu wadah, limbah organik (komposter), dan tanah.
Wadahnya bebas bisa apapun selama itu bisa menahan air dan bisa buka-tutup. Limbah organik di sini semuanya yang alamiahnya dari 'sana' belum diproses sama sekali seperti; daun-daun kering; kulit buah; sisa sayur; dan yang sejenis dengan ketiga kategori ini. 

Setelah kompos jadi, dikemanakan?

Pertanyaan ini harus punya jawaban terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membuat kompos ya teman-teman. Jangan sampai kompos yang sudah kita buat pada akhirnya juga tidak tahu akan dikemanakan. Apabila tidak memiliki lahan yang ada tanah dan tanamannya, cari di lingkungan terdekat yang bisa kita sumbangkan. Itung-itung sedekah, kan?

Kuncinya adalah tidak terburu-buru 

Isinya disesuaikan dengan limbah yang memang kita hasilkan saja, tidak usah diada-adakan. Seperti di gambar, aku keluar modal sedikit untuk membeli karung kompos untuk wadahnya. Tidak sampai lima puluh ribu, kok. Insyaallah awet bisa dipakai dalam waktu yang lama. 
Lapisan paling bawah jangan lupa diberi tanah dahulu, kemudian selama 2-3 bulan kita terus masukkan sampah organik. Letakkan wadah dari paparan sinar matahari langsung, tidak mengapa jikalau wadah kompos kehujanan selama yakin air hujan tidak akan masuk ke dalam. 

Aku tidak memakai bahan tambahan lain sebagai bantuan agar komposku cepat jadi (baca: terurai) jadi terkadang kuberi cangkang telur yang sudah dihaluskan ke dalam komposku. Fungsinya untuk membantu proses penguraian dan tanah yang sudah jadi kelak agar lebih bernutrisi, mengandung mineral yang baik sebagai pupuk. 

Kalau sudah cukup waktunya, sudah bisa dipanen. Indikator berhasil atau tidaknya kompos itu biasanya tidak menimbulkan bau busuk, banyak hewan-hewan yang muncul darinya saat dipanen, semisal cacing dan siput-siput kecil. 

Yang tidak boleh dimasukkan ke dalam kompos

Mungkin kalau masih awal belum terlalu bisa membedakan dan menilai apa-apa saja yang masuk ke kategori organik ini, ya. 
Pada intinya, dalam kompos tidak boleh ada bahan yang sudah dimasak atau proses lainnya dari bentuk aslinya. Misal sisa nasi, sisa masakan, tulang belulang, produk turunan susu, dan kotoran binatang. Betul, kebanyakan dari yang barusan disebutkan memang bisa dibuat kompos juga, akan tetapi tidak lantas bisa dijadikan satu, begitu ya. 

Aku juga masih belajar banget nih soal kompos, kalau mau sharing soal dunia kompos kindly to reach me out, ditunggu banget loh. 
Semangat, semoga Allah mudahkan proses mengompos teman-teman semua!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Sulit Untukmu Ikhlas, Tapi Ridho Tetap Harus Dicapai (Bag 1)

Di hari terakhir tahun ini, mungkin tak sedikit dari kita yang mencoba mengingat kembali apa-apa saja yang telah kita lalui kemudian darinya lahir beragam rupa emosi.  Keadaan senang, bahagia, lapang, mudah, enak, sudah biasa. Semua orang menginginkannya, hanya sayang tak setiap insan dari yang merasakan nikmat ini lantas mengucap syukur. Beda halnya dengan sedih, tak terima, amarah, dendam, tak ikhlas. Ini kebalikan. Sudah dapat dipastikan yang mendapat ujian ini alih-alih mengucap syukur, justru keluh kesah yang ia ekspresikan.  Terkadang rasa ketidaknyamanan yang hadir menyapa hidup ini menyisakan sesak di dada. Entah itu disebabkan gangguan orang atau yang selainnya. Sibuk kesana kemari obat luka dicari, padahal kuncilah adalah menata hati dan iman terhadap semua ketetapan Allah diperbaiki. "Loh kok ujung-ujungnya lari ke iman lagi, sih?!". Iya benar, coba direnungkan sejenak yuk. Bukankah semua yang terjadi di alam semesta ini tak pernah lepas dari apa-apa yang sudah All

Ternyata, Begini Rasanya.......

Bismillah Untuk semua saudari seimanku, izinkanku untuk berbagi pikiran ini, hanya sedikit.  Perihal menampakkan diri yang tanpa disadari. Jujur saja, tak jarang diri ini sedih dan justru malah ikut malu jika menemukan akun akhwat yang katanya sudah ngaji namun tanpa ada keperluan, komentarnya masih bertebaran di banyak akun dakwah dengan pengikut yang cukup tinggi. "Tapi kan komentarnya baik, salahnya dimana?". Betul komentarnya baik, namun bukankah lebih baik jika kau tidak menampakkan dirimu di sana, apa yang kau dapatkan dari komentarmu itu? Tidakkah kau ingat bahwa di media sosial semua orang bisa melihatmu? Meskipun hanya nama, sungguh rasa malu kita merupakan hal yang sangat tinggi kedudukannya akhawat. Baiknya jika ingin memuji, mendo'akan, rasanya cukup dari lirihnya lisan kita saja, tak perlu semua orang jadi tau apa nama akun medsosmu.  Memang medsos kita tidak dapat dijadikan patokan untuk menilai orang, namun sedikit banyak dapat menjadi bagaimana cerminan i